Title : Collapse
Author : Rama-Nyue
Language : Indonesian
Part : 1
Genre : Deathfic
Cast :
Inspired : semula dari tangan yang berbicara
Warning : GEJE BINTI ABAL-ABAL itu kesalahan saya (hehehe)
Note :mohon komentarnya yah.,
“Suster tolong siapkan semua peralatan kita akan segera memulai operasi.....”
**
“Tunggu ayah nak..,Tunggu ayah...Ayah akan segera tiba.........................”
**
“Akhirnya kali ini kita sukses, tapi............”
“Sus segera siapkan Inkubator untuk bayi ini......,dan siapkan alat pemacu jantung”
"Ku mohon bertahanlah....."
Ujar Dokter itu sambil menahan perasaannya dan terus fokus pada tanggung jawabnya.
“Akhirnya....Masa
kritisnya telah lewat namun.... ,Sus tolong lihat di bagian donor,
laporkan bahwa pasien nomer 13 membutuhkan donor darah golongan O
secepatnya.”
**
“Kosong? ...Tapi Pasien ini sangat membutuhkan darah gol O secepatnya apa tidak ada usaha dari bagian donor untuk ini.”
“Akan kami hubungi RS daerah lain Sus... Mohon tunggu beberapa jam....”
“Terlalu lama!.”
Seorang
Pria gagah berjaket kulit hitam yang tampak basah usai kehujanan.
Tangannya begitu ringan memegang payung yang bertahtakan 3 warna dasar.
Pandangannya begitu bahagia bercampur gelisah entah kenapa.
**
“Jadi anak yang baik yah nak..... Maaf ayah tidak bisa menemanimu lebih lama........Jagalah apa yang kau sayangi....”
Tegas
orang itu seolah memerintahkan tanganku untuk patuh, entah kenapa aku
terdekap suasana yang hangat namun ada yang aneh di dalam. Sakit
.....Sakit sekali......
**
Kriiiiiiiiiiiingggggggg............Kriiiiiiiiiiingggggggggg.............................,
“ Apa-Apaan ini pagi-pagi suasana sudah menyedihkan begini?.”
Keluhku saat ku dapati mimpi yang tak segar sambil menekan tombol “off” pada alarm di Hpku. Pandanganku tajam
melihat lengkungan garis wajah itu. Garis wajah semu yang memberantas malamku akhir-akhir ini.
“Ckleeek.....”
Terdengar kait pintu berdecit tanda seseorang membukanya.
“kali ini apa? Moster berkulit landak?”
Gumamku terbawa imajinasi-imajinasi sehabis melihat film horror tadi malam.
“sudah
bangun nak? Kenapa pagi-pagi begini kau muram begitu... Rapikan tempat
tidur lalu mandi ... Ibu sudah siapkan sarapanmu....”
Tampak seorang wanita paruh baya dengan senyum yang mengembang bagai ratu di atas tahta raja.
“Baik bu!” Jawabku lantang bersama rambut yang sedikit aku silah ke kanan.
Dia
sangat tangguh, kasih sayangnya... Bahkan aku tak dapat melukiskan
kaindahannya. Bu Afiifah Karuniasari aku berjanji.........
**
“Do Si La Sol Fa Fa Re Fa Si La Sol.........”
Terdengar melodi-melodi dasar Piano mengalihkan perhatianku pada buku seni rupa yang sedari tadi aku emban.
“Di belakangku....!”
Gumamku
dan serentak kakiku berpaling, bersama’an dengan perasaan yang campur
aduk manjadi suatu yang abstrak. Batinku penuh duga........
“Siaaaaal ! apa-apa’an ini....”
Kataku
terheran tak sesosok pun yang menghuni pandanganku , hanya lorong-
lorong dengan ruang-ruang kelas yang saling berhadapan. Entah sepi
sekali di ruang bagian ini itulah kenapa aku suka menempatkan tapakku di
sini. Ruang galeri seni tua yang tidak terpakai namun terlihat masih
kokoh dan layak. Lagi pula ini tidak di lantai bawah dan langsung
terhubung pada sungai seberang, sangat cantik.
Langkahku tetap teguh menelusuri jalan setapak taman SMA 13 sehasta ini sambil sesekali menengok kanan dan kiri.
“Dimana dia..? sebentar lagi aku harus ke kelas, aku tak ada waktu untuk hal sepayah ini”
Ucapku agak keras mengalihkan pandangan siswa-siswi di sekelilingku, dan sekejab diam.
“Waaaaaaaaaaahhhhhh..... BRUUUGHHHH PLAAAAAKKKKKK BOKK..............!”
Terdengar seseorang yang menjatuhkan sesuatu yang agak berat,sepertinya di dekat ku.
“Jadi apa itu seorang Afi yang hanya terdiam melihat teman sebangkunya membutuhkan pertolongan..?”
Sesosok gadis yang mengomel dengan acungan telunjuk menghakimi, rambut di kepang dua sedikit berkeringat tampak tak asing.
“iya, iya... gadis pengomel...”
Kataku mengiyakan kata-katanya .
“Sudah beres......!!”
Ucapku usai membereskan buku-buku milik Reta sambil ku tepuk kedua tanganku yang sedikit berpasir.
“Oh iya, mana janjimu sore itu...?”
Ujarku
menagih janji reta pekan lalu saat kami ke galeri lukis Tahunan di
Alun-Alun Kota. Galeri lukis yang diadakan setahun sekali setiap 13
Januari di Alun-Alun kota. Aku suka mendatanginya bersama Reta. Gadis
itu satu-satunya Sahabat yang aku miliki untuk saat ini.
“Benda itu?...... Kau tak perlu risau... Ini“
Jawabnya sambil menodongkan secarik kertas yang sebelumnya bertengger di sakunya.
**
“Sreeeeeeeeek,..... Sreeeeeek...... “
Kali
ini kuas ini tergores begitu bernada, entah kenapa aku bertekad
menyelesaikannya hari ini. Sepertinya suasanya yang sedikit redup sangat
cocok.
“Tinggal warna di bagian matanya......”
Ujarku sambil mengoleskan cat hitam dengan sedikit gradasi coklat... Sangat cantik....
Rambut
hitam bak malam bibir merahnya bak darah rupawan yang mengalir dalam
genetikanya, gadis yang sangat tangguh yang dalam sanubariku tidak
bercacat suatu apapun. Namun itu kataku.... Tapi sepertinya dunia
berkata lain...
“Degh........”
Gema jantungku?, bukan tapi batinku beberapa saat usai ku pandang karyaku itu.
“Do
Si La Sol Fa Fa Re Fa Si La Sol.........” 2 atau 3 detik sangat cepat
suara yang tak asing menelan pandanganku yang sedari tadi kosong karena
perasaan itu.
“Apa itu kau?.......”
Ku
tegapkan tubuhku yang semula duduk di tepi sungai segera mungkin mataku
berpijar ke segala tempat mencari sesosok asal bunyi itu. Sepertinya
aku mengenalnya tapi dia selalu tak menampak.
“Cantik sekali....... Jadi untuk ini kau minta benda itu padaku........”
Ucap seorang gadis manis dengan rambut 2 kepang nya itu mengagetkanku yang masih terpaku penasaran .
“Ah kau selalu mengagetkanku,..... iya memang dia sangat cantik ....”
Kataku membenarkan kata-katanya sambil ku alihkan kakiku ke arah lukisan itu yang tadinya berpaling ke latar lain.
“ Afi, apa Kau suka padanya?......”
Ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari lukisanku yang telihat agak suram dari sudut aku berdiri.
“Aku................"
**
....Dua
minggu usai aku lukis gadis itu aku tak mendengar nada dasar itu lagi.
Catatanku pun tak tecanting nada nada itu. Entah sebenarnya hanya
fatamorgana dalam sunyi. Tapi itu sangat nyata.
“Cklek....”
Ku
putar gagang pintu kamar mandi SMA yang memang sedikit berkarat,
terbukti dengan goresan warna kuning berimbuhan coklat membekas di
tanganku.
“Ah segarnya..... jadi ini kah diriku.. biasa saja?”
Ujarku
seusai mencuci mukaku dan melihat pada cermin, ternyata aku memang tak
luar biasa. Hanya gingsul pada taring kiriku yang membuatku di
sanjung.Entah ...Tapi auraku tak tampak pada cermin ini....
“Jam pertama sampai jam ke empat kosong...Jadi aku bisa jalan-jalan ke Taman .... Lama juga aku tak melihatnya di taman.......”
Batinku
sambil melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi dan menuju ke taman
sekolah. Seretan sepatu yang khas seperti banyak kerikir di dalamnya
tampaknya sudah waktunya dia pensiun menemaniku hingga SMA.
“Aku memang tak bisa, namun bisa ku saksikan betapa kau bisa, kau yang berdiri di tegap di penantianmu... aku yang tak bisa...”
Alunan lagu yang menggema dari headsetku sangat mendamaikan pikiranku karena mimpi-mimpi yang seolah mengadu.
“Do
Si La Sol Fa Fa Re Fa Si La Sol........Do Si La Sol Fa Fa Re Fa Si La
Sol.........Do Si La Sol Fa Fa Re Fa Si La Sol..........”
Nada
yang sama dan kali ini berulang 3 kali......... Nada yang tampak mati
tengan jalan...Nada itu membuat mata ku terbuka sayup... Bola mataku
terasa tak sanggup melihat dunia, langitnya begitu tinggi.
“Sebenarnya siapa kau? ”
Ujarku dalam batin dengan sangat penasaran.
“AFI...!”
Terdengar
seseorang berteriak padaku... Tampak seorang gadis berlari ke
arahku,namun penampilannya kali ini berbeda, rambutnya hanya di kepang
satu, keringatnya bercucuran tampak sangat gelisa.
“Ada apa Reta?...”
Ujarku bertanya sambil mendudukkannya di kursi taman berwarna silver metaloid dengan renda besi bermutiara kilauan matahari.
“Tidak ada waktu untuk duduk-duduk......”
Katanya
sambil langsung berdiri usai duduk beberapa detik dan langsung
mengajakku ke suatu tempat, tangannya yang menggapai tanganku terasa
sangat dingin.
***
“Kasihan sekali dia,”
“Apa yang terjadi..?”
“Siapa pelakunya?”
Terdengar
kata-kata bising di kerumunan siswa di depan lab biologi ,yang tampak
bertanya atas suatu peristiwa. Siswa-siswi SMA 13 Sehasta itu seperti
kerumunan orang yang berziarah kubur. Terlukis payung hitam di atas
mereka.
“Mohon minggir sebentar..........Siswi ini harus segera di larikan ke Rumah Sakit”
Ujar
2 orang pria yang terengah-engah dengan tandu yang di bawanya itu,
wajah mereka berdua tampak melegakan suasana. Tangan-tangan yang kokoh
atas profesinya.
“Apa maksudnya ini ta..?”
Tanyaku
dengan imagine-imagine yang menduga duga. Mataku sudah mulai melukis
sebuah bayangan yang aku tak mengerti artinya, tampaknya bukan pelangi.
Belum
sempat terjawab sosok yang tak asing muncul di pandanganku, sosok yang
ada di atas tahta tandu Rumah sakit. Benda merah itu mengalir di sekujur
tubuhnya. Dengan rambut yang terurai ke arah aku berada.
“Aku tak percaya ini.......!”
Kataku membantah sebuah bayangan.
to be continued
<photo id="1" />
Selasa, 03 April 2012
Collapse
01.53
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar